Hanya setitik jarak antara cinta dan benci. Hanya sekejab
merubah persahabatan menjadi cinta. Tapi, cinta macam apa yang begitu mudah
menjadi sahabat?
Apa selalu seperti ini kah sebuah siklus kehidupan, dimana
dikemudian hari, seseorang yang pernah benar-benar kita cinta, yang apapun kita
lakukan untuknya, apapun segala bentuk
pengorbanan dengan tiba-tiba menumpuk rasa benci. Benci macam apakah? Benci
karena cinta yang berlebihan. Benci karena cinta yang berlebihan. Benci karena cinta
yang berlebihan
Luka. Termainset
dalam pikirku tentang betapa luas dan dalam luka karena kasih. Terdoktrin dalam
otakku sakit penghianatan dalam imaji. Tertatih aku mencoba bangun dari jajahan
perasaan ku sendiri. Siapa yang luka? Siapa yang hianat? Siapa yang sakit?
Siapa? Kutanyakan hal itu berkali-kali didepan cermin. Berkali-kalipun tak ku
dapatkan jawaban. Ini hanya permainan. Permainan yang menari-nari diluar
composmentis terlalu dikuasai psikis. Logika! Mana logika??
Bangunlah sayang, bangunlah. Lihat kau begitu cantik. Jangan
merusaknya dengan bulatan hitam dimatamu. Cukup, pecahkan kaca terakhir
dimatamu, habiskan malam ini, habiskan! Jangan kau ulang.
Tidak cukupkah senyum mereka menguatkan mu? Tidak cukupkah
begitu banyak tangan yang menggenggam membantumu bangkit? Tidak cukupkah mama
terbangun disepertiga malam, menceritakan kepada Tuhan supaya kamu jadi lebih
baik? Tidak cukupkah mama menyisikan waktu ketika matahari sepenggalah naik,
untukmu. Mereka ada, tersenyum, menunggu kamu benar-benar menjadi kamu yang
luar biasa.
-beberapa hari lalu-
No comments:
Post a Comment